Home » » Makanan Sehat dalam Islam

Makanan Sehat dalam Islam

Written By Wahyu Agung on Monday, January 27, 2014 | 5:50 AM

Makanan Sehat dalam Islam

Tentang Pola Makanan Sehat dalam Islam tercantum berbagai aturan dan disebutkan sebagai salah satu perintah untuk mensyukuri nikmat Allah dengan mengelola sumber daya alam dengan baik.

Makanan sehat di dalam Islam sangatlah penting untuk diketahui, hal ini bukan hanya pada persoalan hukum halal atau haram makanan, tetapi kualitas (bobot kandungan gizi) dan efek kesehatan makanan terhadap tubuh.

Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al A’raf ayat 31, yang artinya:

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. 


Hal senada dapat dikatakan Allah di surat Al Baqarah 168: 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.  

Sesungguhnya pangkal semua penyakit kebanyakan bersumber dari makanan. Maka tak heran bila Rasulullah memberi perhatian besar dalam masalah ini, karena makanan yang sehat akan membuat tubuh sehat. Dalam Al Qur'an prinsip makanan sehat adalah tidak berlebih-lebihan. 

Rasulullah bersabda: “Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).

Kemudian, prinsip lain yang disebutkan pada dalil lainnya adalah halal dan tayyiban, yang dimaksud dengan halal, yaitu diketahui atau jelas riwayat makanannya (misalnya bersumber dari mana dan diproses dengan cara seperti apa). Selain itu memenuhi standar halal makanan yang banyak disebutkan dalam Al Qur'an maupun Hadits. Sementara istilah tayyiban disini yakni kualitas kandungan gizi atau nutrisi dalam makanan.

Rasulullah melarang untuk makan lagi setelah kenyang. “Kami adalah kaum yang tidak makan sebelum merasa lapar dan bila kami makan tidak pernah kekenyangan”(HR Bukhari Musim). 

Salah satu makanan kegemaran Rasul adalah madu. Beliau biasa meminum madu yang dicampur air untuk membersihan air liur dan pencernaan. 

Rasul bersabda, “Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan Al Quran” (HR. Ibnu Majah dan Hakim).

Yang selanjutnya, Rasulullah tidak makan dua jenis makanan panas atau dua jenis makanan yang dingin secara bersamaan. Beliau juga tidak makan ikan dan daging dalam satu waktu dan juga tidak langsung tidur setelah makan malam, karena tidak baik bagi jantung. 


Beliau juga meminimalisir dalam daging, sebab terlalu banyak daging akan berakibat buruk pada persendian dan ginjal. Pesan Umar ra, “Jangan kau jadikan perutmu sebagai kuburan bagi hewan-hewan ternak!” 


Referensi :
- Artikel SMA , Nur Lail

0 comments:

Post a Comment


Get this widget!

Total Pageviews

Popular Posts

Sosial Media


Powered by Blogger.
 
Support : SMA Negeri 1 Sidayu
Copyright © 2013. Catatan Domain - All Rights Reserved