Makanan Sehat dalam Islam
Tentang Pola Makanan Sehat dalam Islam tercantum berbagai
aturan dan disebutkan sebagai salah satu perintah untuk mensyukuri nikmat Allah
dengan mengelola sumber daya alam dengan baik.
Makanan sehat di dalam Islam sangatlah penting untuk
diketahui, hal ini bukan hanya pada persoalan hukum halal atau haram makanan,
tetapi kualitas (bobot kandungan gizi) dan efek kesehatan makanan terhadap
tubuh.
Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al A’raf ayat 31, yang
artinya:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Hal senada dapat dikatakan Allah di surat Al Baqarah
168:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
Sesungguhnya pangkal semua penyakit kebanyakan bersumber
dari makanan. Maka tak heran bila Rasulullah memberi perhatian besar dalam
masalah ini, karena makanan yang sehat akan membuat tubuh sehat. Dalam Al
Qur'an prinsip makanan sehat adalah tidak berlebih-lebihan.
Rasulullah bersabda: “Anak Adam tidak memenuhkan suatu
tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang
dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat
mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan
sepertiganya lagi untuk pernafasan” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Kemudian, prinsip lain yang disebutkan pada dalil lainnya
adalah halal dan tayyiban, yang dimaksud dengan halal, yaitu diketahui atau
jelas riwayat makanannya (misalnya bersumber dari mana dan diproses dengan cara
seperti apa). Selain itu memenuhi standar halal makanan yang banyak disebutkan
dalam Al Qur'an maupun Hadits. Sementara istilah tayyiban disini yakni kualitas
kandungan gizi atau nutrisi dalam makanan.
Rasulullah melarang untuk makan lagi setelah kenyang. “Kami
adalah kaum yang tidak makan sebelum merasa lapar dan bila kami makan tidak
pernah kekenyangan”(HR Bukhari Musim).
Salah satu makanan kegemaran Rasul adalah madu. Beliau biasa
meminum madu yang dicampur air untuk membersihan air liur dan pencernaan.
Rasul bersabda, “Hendaknya kalian menggunakan dua macam
obat, yaitu madu dan Al Quran” (HR. Ibnu Majah dan Hakim).
Yang selanjutnya, Rasulullah tidak makan dua jenis makanan panas
atau dua jenis makanan yang dingin secara bersamaan. Beliau juga tidak makan
ikan dan daging dalam satu waktu dan juga tidak langsung tidur setelah makan
malam, karena tidak baik bagi jantung.
Beliau juga meminimalisir dalam daging, sebab terlalu banyak
daging akan berakibat buruk pada persendian dan ginjal. Pesan Umar ra, “Jangan
kau jadikan perutmu sebagai kuburan bagi hewan-hewan ternak!”
0 comments:
Post a Comment